Senin, 23 Agustus 2010

Perempuan Yang Kufur Nikmat



Dari Asma binti Yazid Al Anshariyyah r.a.: Ketika aku sedang duduk bersama orang-orang sebayaku, Rasulullah Saw. lewat dan mengucapkan salam kepada kami. Kemudian, beliau bersabda, "Waspadalah kalian, jagan mengingkari orang-orang yang telah memberikan kenikmatan." Di antara mereka, akulah yang paling berani bertanya kepada beliau. Aku bertanya, "Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan pengingkaran terhadap orang-orang yang telah memberikan kenikmatan?" Beliau menjawab, "Bisa jadi seseorang dari kalian lama menjanda, lalu Allah menganugrahinya suami dan membarinya anak, tetapi ia sangat marah dan mengingkari nikmat. Ia berkata, 'Aku tidak mendapatkan satu kebaikan pun darimu'." (H.R. Al Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad dan Ahmad)

Hadis ini mengingatkan kaum perempuan untuk menyukuri nikmat pernikahan dan kehadiran suami. Keberadaan suami adalah suatu anugrah Ilahi bagi perempuan. Apalagi bagi mereka yang telah lama menjanda. Jika Allah menganugrahi mereka pendamping hidup, maka seyogyanya mereka pun bersyukur dan membina rumah tangga yang baik dan harmonis.

Patutlah diketahui, jalan hidup manusia tidak selalu lurus. Ada lika-liku kehidupan dan berbagai perubahan dari waktu ke waktu. Seseorang bisa saja berada di puncak dan menikmati berbagai macam kenyamanan hidup, tetapi ia juga bisa jatuh miskin dan hidup sengsara dengan izin Allah. Semua itu, sudah diatur olah yang Mahakuasa, dan manusia hanya bisa berusaha.

Jika kemiskinan menimpa sebuah keluarga, istri salihah harus bisa bersabar menerima keadaan suaminya. Istri salihah harus bisa mensyukuri kehadiran suami yang saleh. Sebab, dialah pelundung bagi istri dan anak-anaknya. Dialah orang yang tetap berusaha keras untuk menghadapi keluarganya dengan makanan yang halal demi meraih ridha Allah.

Aneh, jika perempuan salehah tidak mau mensyukuri kehadiran suami. Dalam keadaan lapang maupun sempit, istri salihah mestinya mendukung suaminya denga sekuat tenaga. Inilah yang hendak diingatkan oleh Rasulullah Saw. dalam hadis di atas. Istri yang baik harus bisa mengukur kemampuan suaminya. Jika suami tidak bisa memberikan pelayan baginya, ia harus rela mengerjakan tugas-tugas rumah dengan hati lapang. Ia tidak boleh menuntut suaminya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak dapat dipikulnya. Ia juga tidak pantas iri dan dengki kepada orang kaya yang berpakaian bagus dan indah serta menikmati berbagai fasilitas hidup yang nyaman.

Jika istri tidak rela dengan keadaan suaminya-dan ia selalu menuntut suaminya dengan hal-hal yang tidak sanggup dipenuhi-ia telah memilih jalan hidup yang kufur nikmat, yaitu mengingkari orang-orang yang telah memberikan kenikmatan. Sebab, ia tidak berterima kasih kepada suaminya, meniadakan pemberiannya, dan menyianyiakan kenikmatan yang telah diberikannya disertai kebencian dan kemarahan. Wallahu a'lam.[]

Baca artikel lainnya:
Sikap Tercela Bagi Perempuan [Baca]
Benci Karena Allah [Baca]
Calon Penghuni Surga [Baca]
Perempuan Yang Membela Agama Allah [Baca]

Tidak ada komentar: