Senin, 30 Agustus 2010

Sikap Tercela Bagi Perempuan


Dari Imran bin Hushain r.a.: Ketika Rasulullah Saw. sedang dalam perjalanannya, seorang perempuan dari kalangan Anshar yang sedang menunggang unta berkeluh kesah, lalu mengutuk unta tersebut. Hal itu, terdengar oleh RAsulullah Saw. Beliau lalu menegurnya, "Ambillah apa yang ada padanya dan tinggalkanlah, karena unta itu telah dikutuk." Dalam riwayat lain disebutkan, "Jangan biarkan unta yang dikutuk menemani kita." 'Imran berkata, "Seolah-olah aku melihatnya berjalan di tengah orang-orang tanpa seorangpun yang menghiraukannya." (HR. Muslim)

Dari Luqaith bin Sirah: Aku berkata, "Ya Rasulullah, aku mempunyai seorang istri yang ... (ia menyebutkan kata-kata jorok istrinya)." Rasulullah Saw. bersabda, "Cerikanlah dia!" Aku berkata,"Ia mempunyai seorang adik perempuan dan seorang anak." Rasulullah Saw. bersabda, "Suruhlah ia (berbuat baik) atau berbicaralah kepadanya jika ada kebaikan yang akan ia lakukan, dan janganlah memukul istrimu seperti memukul budak perempuanmu." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)


Hadis di atas menyoroti beberapa hal berikut.
Pertama, emosi perempuan sering menguasai dirinya. Sudah menjadi kodrat bahwa perempuan sangat perasa, mudah terpengaruh dan cepat marah. Inilah ciri khas perempuan: mudah meluap emosinya. Ia juga mudah terpengaruh dan cepat marah karena hal-hal yang sepele. Kadang-kadang, kita tidak merasa heran jika sosok yang halus ini berubah secara tiba-tiba. Lalu, kita melihat dia berteriak dan melemparkan kutukan kesana-kemari. Lebih buruk lagi, ia kadang tidak memehatikan dan menyadari kepada siapa ia meluapkan emosinya: orang deat atau orang jauh, teman atau kekasih, suami atau anak. Tiba-tiba, ia memutuskan silaturahmi dan tidak berbicara kepada semua kerabatnya dan temannya. Inilah satu sifat perempuan yang bisa menjerumuskannya ke Neraka.

Diriwayatka bahwa pada suatu hari, seorang sahabat perempuan bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang mengapa kebanyakan penghuni neraka adalah kaum perempuan. Rasulullah Saw. menjawab, "Karena mereka sering melemparkan kutukan dan mengingkari pemberian suami." Oleh karena itu, perempuan yang saleh semestinya menjauhi sifat-sifat yang menjerumuskan ke Neraka, antara lain: suka mengutuk dan mengingkari pemberian suami.

Jika perempuan selalu berusaha untuk mencari keridhaan Allah dan kerelaan hati suaminya, ia pasti akan meraih surga yang dijanjikan. Sebab, surga kaum hawa terletak pada kelegaan dan kerelaan hati suami disamping kepatuhan dan ketundukannya kepada syariat Allah.

Tentang riwayat yang menjelaskan kebanyakan penghuni neraka adalah perempuan, ada sebuah hadis sahih yang mnyetakan sebaliknya.Dalam hadis yang diriwayatkan Muslim ini justru diisyaratkan bahwa kebanyakan penghuni surga adalah perempuan. Diriwayatkan, Muhammad bin Sirin pernah bertanya kepada Abu Hurairah, "Tidak bermaksud membanggakan diri ataupun menyebut-nyebut kembali, aku ingin bertanya: laki-laki atau perempuan yang paling banyak menjadi penduduk surga?"

Abu Hurairah menjawab, "Bukankah Abu Al Qasim (Muhammad) Saw. pernah berkata bahwa sesungguhnya rombongan pertama yang akan masuk kedalam surga laksana bulan di malam purnama, kemudian diikuti oleh kelompok bintang yang bersinar di angkasa. Masing-masing akan diiringi oleh dua orang istri (bidadari) yang sumsum tulangnya terlihat meski terbungkus oleh dangingnya; dan tidak ada seorang pun di dalam surga yang hidup membujang" (HR. Muslim)

Tentang hadis terakhir ini, Imam An Nawawi berkomentar bahwa Al Qadhi berkata, "Makna tekstual hadis ini menunjukkan bahwa kebanyakan penduduk ahli surga adalah kaum perempuan. Sementara itu, dalam hadis lain dijelaskan sebaliknya, bahwa kebanyakan penduduk ahli neraka adalah kaum perempuan. Kesimpulannya, kaum perempuan adalah jenis keturunan Adam yang paling banyak dan karenanya, merekalah yang paling banyak masuk surga dan masuk neraka. (lihat kitab Muslim bi Syarh Al Nawawi, h.170 juz 17).

Kedua, cepat emosi adalah kelemahan kodrati dalam diri perempuan, sebagaimana halnya keemburuan. Oleh karena itu, suami sebaiknya mengetahui ihwal sifat ini, mengenali sebab-sebabnya, dan berupaya untuk meredamnya atau mengatasinya dengan sikap bijak. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh Rasulullah Saw. yang meredam kemarahan Syafiyyah dengan mengusap air matanya. Dengan disertai kata-kata bijak dan lembut, Rasulullah Saw. pun mampu menenangkan gejolak emosi Syafiyyah.

Ketiga, hadis di atas mengingatkan kita untuk segera meredam emosi yang melampau batas. Tujuannya, agar emosi yang meluap-luap itu tidak sampai merusak keimanan seseorang, merendahkan dirinya dan mengotori ahlaknya, menyakiti keluarga dan teman-temanya, dan menebarkan keburukan pada masyarakatnya.[]

Baca artikel lainnya:
Pakaian Kebohongan [Baca]
Kecemburuan Istri [Baca]
Benci Karena Allah [Baca]
Perempuan Yang Kufur Nikmat [Baca]

Tidak ada komentar: