Senin, 09 Agustus 2010

Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga


Dari Ibn Umar r.a.: Rasulullah Saw. bersabda, "Masing-masing dari kalian adalah pemimpin, dan masing-masing akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pemimpin adalah penjaga. Suami adalah penjaga anggota keluarganya, dan istri adalah penjaga rumah suami dan anaknya. Masing-masing dari kalian adalah pemimpin, dan masing-masing akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya." (H.R. Al Bukhari dan Muslim.)

Dari Abu Hurairah r.a.: Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Perempuan Quraisy adalah sebaik-baik perempuan Arab, yang paling sayang kepada anak-anak, yang paling baik dalam menjaga harta suami." (H.R. Bukhari dan Muslim.)

Dari Ali r.a.: Ketika menikahkan Fatimah, Rasulullah Saw. mengirim beludru, bantal yang berisi serat, dua buah piring dan dua buah gelas kepadanya. Suatu hari, Ali berkata kepada Fatimah, "Aku telah menimba air sehingga dadaku sakit, Allah telah menganugrahkan kepada Rasulullah Saw. pelayan-pelayan. Karena itu, pergilah kesana dan mintalah seorang pelayan untuk kita." Fatimah berkata, "Demi Allah, aku juga telah menumbuk gandum sehingga kedua tanganku melepuh." Lalu Fatimah menemui Rasulullah Saw. Melihat kedatangan putrinya, beliau bertanya, "Ada apa gerengan putriku?" Fatimah menjawab, "Aku datang untuk memberi penghormatan kepada ayah." Fatima merasa malu untuk meminta sesuatu kepada Nabi Saw. sehingga ia pun pulang dengan tangan hampa.

Akhirnya mereka berdua (Ali dan Fatimah) menemui Nabi Saw. Ali menceritakan keadaan mereka berdua kepada beliau. Mendengar hal itu, Rasulullah Saw. bersabda, "Demi Allah, aku tidak bisa memberikan apa pun kepada kalian. Aku juga meninggalkan Ahli Suffah yang kelaparan. Aku tidak mempunyai apa pun yang bisa aku berikan kepada mereka. Akan tetapi, aku menjual sesuatu yang hasilnya aku berikan kepada mereka." Ali dan Fatimah pulang ke rumah mereka. Kemudian, Nabi Saw. mendatangi mereka dan mendapati mereka sedang berbaring, berselimutkan kain beludru yang sangat kecil. Apabila mereka menariknya untuk menutup muka, kedua kaki mereka terbuka. Sebaliknya, apabila mereka menarik untuk menutup kedua kaki, muka mereka pun terbuka. Rasulullah Saw. bersabda, "Tetaplah di tempat kalian! Maukah kuberitahukan kepada kalian sesuatu yang lebih baik dari daripada yang kalian minta kepadaku?" Ali menjawab, "Tentu"

Nabi Saw. bersabda, "Ada dua kalimat yang telah diajarkan jibril kepadaku, yaitu kalian membaca tasbih, tahmid dan takbir masing-masing sepuluh kali setiap selesai melaksanakan shalat. Ketika kalian akan tidur, bacalah kalimat-kalimat tersebut masing-masing sebanyak tiga puluh tiga kali." Ali berkata, "Demi Allah, aku tidak pernah meninggalkan aku tidak pernah meninggalkan itu semua sejak diajarkan oleh Rasulullah Saw." Ibn Ah Kiwa' bertanya, "Meskipun pada malam Perang Shifin?" Ali menjawab, "Semoga Allah membinasakan kalian, wahai para perampok! Ya, meskipun pada malam Perang Shifin." (H.R. Al Bukhari dan Muslim.)

Dari Asma' r.a.: Ketika Zubair menikahiku, ia tidak memiliki kebun, budak dan sesuatu pun kecuali seekor kuda. Akulah yang memberi makan kudanya, mencukupi kebutuhannya dan merawatnya. Aku menumbuk biji gandum untuk untanya, dan memberinya makan. Aku juga mengambil air dan menimba, serta membuat adonan roti. Namun, aku tidak pandai membuat roti. Karena itu, tetangga-tetanggaku dari kalangan Anshar membuatkan roti untukku. Mereka semua adalah perempuan-perempuan yang tulus dan iklas. Aku membawa biji gandum di atas kepalaku dari kebun milik Zubair yang berjarak dua pertiga farsakh. Kebun itu adalah pembagian dari Rasulullah Saw.

Suatu hari, Aku pulang sambil membawa biji gandum di atas kepala. Lalu, aku bertemu dengan Rasulullah Saw. bersama sekelompok sahabatnya. Beliau memanggilku seraya bersabda, "Wah, wah!" Beliau mengajakku berboncengan di belakangnya. Akan tetapi aku merasa malu berjalan bersama kaum laki-laki. Aku pun teringat kepada Zubair. Ia adalah laki-laki yang sangat pecemburu. Karena itu, beliau segera berlalu. Kemudian, aku sampai di rumah.Aku berkata kepada Zubair, "Tadi aku bertemu dengan Rasulullah Saw. beserta sekelompok sahabatnya, sementara aku membawa biji gandum di atas kepalaku. Beliau mengajakku berboncengan bersamanya, tetapi aku merasa malu. Aku juga menyadari kecemburuanmu."

Zubair berkata, "Demi Allah, memikul biji gandum lebih buruk daripada berboncengan bersama Rasulullah Saw." Asma berkata, "Setelah kejaidan itu, Abu Bakar mengirim seorang pelayan untukku sehingga aku cukup merawat kuda saja. Dengan demikian, seolah-olah Abu Bakar telah melepas bebanku." (H.R. Bukhari dan Muslim.)

Hadis-hadis di atas menunjukkan beberapa hal sebagai berikut.

Pertama, pengorbanan seorang perempuan yang sangat sabar dalam menjaga rumah dan anak-anaknya.

Kedua, faktor-faktor kebaikan dalam diri perempuan terutama dalam menjaga harta suami dan mengasihi anak.

Ketiga, andil istri dan suami dalam memikul tanggungjawab rumah tangga. Tanggung jawab mereak masing-masing-seagai mana dijelaskan olah Ibn Hubaib dalam Al Wadhihah-adalah pembagian tugas yang seimbang sesuai peran dan fungsinya. Dalam hadis di atas, Rasulullah Saw menentukan pembagian tugas antara Ali bin Abi Thalib r.a. dan istrinya, Fatimah r.a., ketika mereka mengadu tentang pekerjaan rumah. Beliau menetapkan bahwa Fatimah bertanggung jawab atas urusan internal di dalam rumah, dan Ali bertanggung jawab atas urusan eksternal di luar rumah. Urusan internal adalah membuat adonan roti, memasak, merawat kuda, membersihkan rumah, menyediakan air minum, dan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya.

Dalam Hadis yang diriwayatkan Asma, dijelaskan bahwa Fatimah mengadukan luka di tangannya kepada Rasulullah Saw. dan meminta dicarikan pembantu. Kemudian Nabi menunjukkan kepadanya sesuatu yang lebih baik dari pada mencari pembantu, yaitu zikir kepada Allah Swt.

Keempat, hadis yang diriwayatkan Asma memaparkan sebuah contoh perempuan yang bekerja keras dan mengorbankan diri dalam melayani suami. Tak seorangpun bisa memungkiri teladan yang ditampilakan Asma. Al Muhlib berkata, "Perempuan akan mulia kedudukanya jika patuh dan membari pelayanan kepada suaminya dengan suka rela. Ayah dan penguasa tidak boleh menghalanginya. Sekiranya kepatuhan kepada suami karena terpaksa, ayahnya tidak boleh membiarkan putrinya menderita."

Kelima, terhadap pengorbanan istri, suami harus memberikan cinta dan kasih sayang yang mengesampingkan kecemburuannya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Zubair ketika menegur istri tercintanya, Asma. Ia berkata, "Demi Allah, memikul biji gandum lebih buruk daripada berboncengan bersama Rasulullah Saw." Ketika mengomentari hadis di atas, Al Muhlib berkata, "Hadis ini menunjukkan kasih sayang suami kepada istrinya yang bekerja keras untuk melayaninya, terutama jika sang istri dari keluarga terpandang."

Keenam, dalam hadis yang diriwayatkan Ali r.a., ditunjukkan keutamaan dzikir kepada Allah Swt. Al Hafizh berkata, "Sabda Rasulullah Saw., Maukah kuberitahukan kepada kalian sesuatu yang lebih baik dari daripada yang kalian minta kepadaku? menegaskan bahwa orang yang biasa berdzikir kepada Allah Swt. akan diberikan kekuatan yang lebih besar dari pada kekuatan yang dimiliki oleh seorang pelayan. Makna lain yang dipahami dari hadis ini adalah bahwa bacaantasbih bermanfaat untuk kehidupan akhirat, sedangkan pelayan hanya berguna untuk kehidupan dunia. Sementara itu, kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal."

Ketujuh, hadis yang diriwayatkan Asma menujukkan bahwa perempuan tidak boleh berboncengan di belakang laki-laki. Dalam hadis ini tidak disebutkan bahwa Asma mengenakan hijab dan tidak pula dijelaskan bahwa Rasulullah Saw. menyuruhnya mengenakan hijab. Dari sini, dapat dipahami bahwa ketika itu, hijab hanya berlaku bagi istri-istri Rasulullah Saw. Dengan demikian, tampaknya peristiwa di atas terjadi sebelum ada perintah untuk mengenakan hijab bagi perempuan.[]

Baca artikel lainnya:
Meminta Izin Kepada Suami [Baca]
Pelayanan Terbaik Kepada Suami [Baca]
Menjaga Kesucian Diri [Baca]
Melihat Aurat Sesama [Baca]

Tidak ada komentar: