Jumat, 03 September 2010

Pembela Kebenaran


Dari Aisyah r.a.: Hampir setiap kali keluar rumah, Rasulullah Saw. selalu menyebut dan memuji Khadijah. Suatu hari, beliau menyebut namanya sehingga menimbulkan kecemburuanku. Aku berkata, "Wahai Rasul, bukankah Khadijah hanyalah seorang perempuan tua, dan Allah Swt. telah memberikan gantinya dengan yang lebih baik bagimu?"

Mendengar hal itu, Rasulullah Saw. marah hingga rambut di ubun-ubunya bergerak. Kemudian, beliau bersabda, "Tidak, demi Allah. Allah tidak menggantikan untukku seorangpun yang lebih baik daripada dirinya. Ia beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkariku, memercayaiku ketika orang-orang mendustaiku, membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tidak mau memberikan hartanya kepadaku, dan Allah Swt. menganugrahiku dengan anak-anaknya ketika istri-istriku yang lain tidak dapat memberikan anak kepadaku."

[Setelah mendengar penjelasan beliau] Aku pun berjanji dalam hati, bahwa aku tidak akan menyebut Khadijah lagi dengan sesuatu yang buruk. (H.R. Al Bukhari, Muslim, dan Ahmad)


Hadis ini menunjukkan bahwa istri seorang juru dakwah, sebagaimana dijelaskan oleh Amal Zakariya Al Anshari, harus memahami beberapa hal berikut.

Pertama, istri seorang juru dakwah hendaklah bersabar atas berbagai kekurangan dan keterbatasan suami yang aktif dalam kegiatan dakwah dan menghiburnya bila terlihat sedang gelisah dan sedih, dengan cara apapun yang dapat dilakukannya. Istri seorang da'i harus menjadi tempat berlindung bagi suami ketika merasa letih dan gelisah.

Kedua, Istri seorang juru dakwah hendaklah tidak mudah marah, bersikap lemah lembut, bersabar, penyayang, pemaaf, dan dermawan. Allah Swt. berfirman, berilah maaf dan berilah ampunan, bukankah kalian berharap agar Allah mengampuni dosa-dosa kalian...

Ketiga, istri seorang juru dakwah hendaklah menyadari bahwa suami memikul tanggung jawab besar, membutuhkan semangat dan kerja keras yang terus-menerus, melelahkan dan menguras banyak energi. Oleh karena itu, ia sangat membutuhkan istri yang dapat membantu meringankan bebannya, cerdas, cerdik dan memiliki wawasan yang luas. Dengan demikian, kesabaran dan keimanannya dapat mengubah keletihannya menjadi suatu kebahagiaan, dan meringankan beban pikirannya yang penat, yang ditimbulkan oleh berbagai masalah. Suami akan merasakan kenyamanan dan ketenangan setelah melihat pandangan yang penuh simpati dari istrinya dan senyuman yang tulus darinya. Tidak ada sentuhan yang lebih lembut dan menimbulkan ketenangan suami daripada sentuhan yang datang dari jiwa yang tulus seorang istri. Suami yang sudah dewasa akan merasa seperti bayi yang sedang berasa dalam pangkuan seorang istri yang mulia. Jika demikian, istri telah melakukan sesuatu yang berarti dalam kegiatan dakwah, dan ia telah menjalankan keislamannya serta memahami berbagai persoalan dengan baik.[]


Baca artikel lainnya:
Menjaga Rahasia [Baca]
Keutamaan Bersedekah Bagi Perempuan [Baca]
Senda Gurau Suami Istri [Baca]
Batasan Toleransi Terhadap Perilaku Buruk Istri [Baca]

Tidak ada komentar: