Selasa, 21 September 2010

Menjaga Lisan dari mengutuk/Melaknat

Laknat, memiliki dua makna dalam bahasa arab:
Pertama: Berkenaan mencerca
Kedua : Bermakna pengusiran dan penjauhan dari rahmat Allah.

Melaknat seorang muslim termasuk dosa besar. Tsabit bin Adl Dlahhak r.a. berkata: "Rasulullah Saw. bersabda: 'Siapa yang melaknat seorang Mukmin maka ia seperti membunuhnya.'" (HR. Bukhari). Ucapan Nabi Saw. dijelaskan oleh Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani r.a. dalam kitabnya Fathul Bari: "Karena jika ia melaknat seseorang maka seakan-akan ia mendo'akan kejelekan bagi orang tersebut dengan kebinasaan."

Sebenarnya, perangai jelek ini bukanlah milik seorang Mukmin. Sebagaimana Nabi Saw. bersabda: "Bukanlah seorang Mukmin itu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang suka melaknat, bukan seorang yang keji dan kotor ucapanya."(HR. Bukhari)

Melaknat itu bukan pula sifat orang-orang yang jujur dalam keimanannya. Nabi Saw. bersabda: "Tidak pantas bagi seorang sidiq (jujur) untuk menjadi seorang yang suka melaknat." (HR. Muslim)

Nabi Saw. bersabda: "Orang yang suka melaknat itu bukanlah orang yang dapat memberi syafaat dan tidak pula menjadi saksi pada hari kiamat." (HR. Muslim)

Imam Abu Dawud r.a. meriwayatkan dari hadis Abu Darda r.a. bahwasannya Nabi Saw. bersabda: "Apabila seorang hamba melaknat sesuatu maka laknat itu naik ke langit, lalu tertutuplah pintu-pintu langit. Kemudian laknat itu turun ke bumi, lalu ia mengambil ke kanan dan ke kiri. Apabila ia tidak mendapatkan kelapangan, maka ia kembali kepada orang yang dilaknat jika memang berhak mendapatkan laknat dan jika tidak ia kembali kepada orang yang mengucapkannya."

Ada beberapa hal yang dikecualikan dalam larangan melaknat ini, yakni kita boleh melaknat para pelaku maksiat dari kalangan muslimin namun tidak secara ta'yin (secara langsung dengan menyebut nama pelakunya). Beliau Saw. menggambarkan: "Allah melaknat wanita yang membuat tato, wanita yang minta dibuatkan tato, wanita yang mencabutkan alisnya, wanita yang minta dicabutkan alisnya, dan melaknat wanita yang mengikir giginya untuk tujuan memperindahnya, wanita yang merubah ciptaan Allah Azza wa Jalla."(HR. Bukhari. "Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki." (HR. Bukhari)

Nabi Saw. bersabda: "Janganlah kalian mencaci orang-orang yang telah meninggal karena mereka telah sampai/menemui (balasan dari) apa yang dulunya mereka perbuat." (HR. Bukhari)

Setelah kita mengetahui buruknya perangai ini dan ancaman serta bahayanya yang akan di terima oleh pengucapnya, maka hendaklah kita bertakwa kepada Allah Ta'ala. Janganlah kita membiasakan lisan kita untuk melaknat karena kebencian dan ketidaksenangan pada seseorang. Kita bertakwa kepada Allah dengan menjaga dan membersihkan lisan kita dari ucapan yang tidak pantas dan kita basahi selalu dengan kalimat thayyibah. Wallahu a'lam bis shawwab.

Jumat, 03 September 2010

Menjaga Rahasia

Dari Aisyah r.a.: Kami semua, istri Rasulullah Saw., selalu setia berda di sisinya. Suatu hari, Fatimah, putri Rasulullah Saw. datang menghampirinya. Demi Allah, cara berjalannya tidak berbeda dengan cara berjalan Rasulullah Saw. Ketika melihatnya, Rasulullah Saw. segera menyambutnya seraya berkata, "Selamat datang, wahai putriku!" Beliau lalu mempersilahkan duduk di samping kanan atau kirinya. Lalu, beliau membisikkan sesuatu kepadanya. Tiba-tiba, ia tertawa. Melihat hal itu, aku bergumam tentang dirinya, "Rasulullah Saw. telah mengistimewakan dirimu atas istri-istrinya dengan suatu rahasia, lalu apa yang menyebabkanmu menangis??"

Ketika, Rasulullah Saw, pergi, aku bertanya kepada Fatimah, "Apa yang telah dibisikkan Rasulullah Saw. kepadamu?"

Fatmah menjawab, "Aku tidak akan membuka rahasia Rasulullah Saw."

Setelah Rasulullah Saw. wafat, aku berkata, "Aku bersumpah demi kebenaran yang pernah kamu janjikan kepadaku. Apa yang telah Rasulullah Saw. bisikkan kepadamu?"

Fatimah menjawab, "Adapun sekarang, tidak apa-apa. Ketika berbisik kepadaku, pada bisikan pertama, beliau memberitahukan kepadaku, 'Jibril biasanya membacakan Al Qua an sekali dalam setahun, tetapi sekarang ia membacakannya dua kali. Aku yakin bahwa-hal itu pertanda-ajalku telah dekat. Oleh karena itu bertakwalah kepada Allah Swt. dan bersabarlah. Sesunguhnya, sebaik-baik pendahulu adalah aku bagimu. Akupun menangis seperti yang kau lihat.

"Kemudian, ketika melihatku bersedih, beliau berbisik lagi kepadaku, 'Wahai Fatimah, tidakkah kamu senang bahwa dirimu adalah pemuka perempuan alam semesta atas pemuka perempuan umat ini?' Aku pun tertawa seperti yang kamu ketahui (H.R. Al Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat muslim disebutkan bahwa Fatimah berkata, "Rasulullah Saw. berbisik kepadaku. Beliau memberitahu kepadaku bahwa akulah dari keluarganya yang pertama menyusul sehingga aku tertawa."


Hadis ini menunjukkan keutamaan dan kedudukan Fatimah r.a. sebagai pemuka perempuan alam semesta. Hadis ini juga menunjukkan keteguahn Fatimah r.a. dalam menjaga rahasia, dan Aisyah sangat menghormati hal tersebut dan tidak berusaha mengetahui sebelum tiba waktu yang tepat.

Fatimah berkata, "Rasulullah Saw berbisik kepadaku. Beliau memberitahukan kepadaku bahwa akulah dari keluarganya yang petama menyusulnya sehingga aku tertawa." Tentang hal ini, Imam Al Nawawi berkomentar, "Fatimah tertawa gembira karena ialah orang pertama yang akan segera menyusul beliau. Hal ini menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan akhirat dan berbahagia dengan keberangkatan ke sana dan kebebasan dari dunia ini." Selanjutnya, Al Nawawi berkata, "Ini merupakan satu, bahkan dua, mukjizat yang jelas bagi Rasulullah Saw. Beliau memberitahukan bahwa Fatimah masih hidup sepeninggalnya, tetapi ia adalah anggota keluarganya yang pertama menyusulnya."

Selain itu, hadis ini menunjukkan kesabaran seorang mukmin dalam menghadapi musibah. Seorang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, sudah semestinya bersabar setiap menghadapi musibah serta tidak cepat berbangga dan sombong ketika mendapatkan anugerah. Wallahu a'lam bish shawab.[]

Baca artikel lainnya:
Perempuan Dalam Al Qur 'an [Baca]
Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki [Baca]
Keutamaan Bersedekah Bagi Perempuan [Baca]
Pembela Kebenaran [Baca]

Keutamaan Bersedekah Bagi Perempuan


Dari Aisyah r.a.: Seorang istri Rasulullah Saw. pernah bertanya kepada beliau, "Siapakah dianatara kami yang akan menyusulmu lebih dahulu?" Beliau menjawab, "Ia yang lebih panjang tangannya." Merekapun mengambil sepotong ranting, lalu mengukur tangan masing-masing. Ternyata, Saudah yang lebih panjang tangannya. Setelah itu, tahulah kami bahwa yang dimaksud dengan tangan panjang yang lebih dahulu menyusul beliau adalah orang yang banyak bersedekah. (H.R. Al Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Aisyah berkata, "Di antara kami, yang paling panjang tangannya adalah Zainab, karena ia bekerja dengan tangannya sendiri dan suka bersedekah."


Hadis di atas menjelaskan kepada kita bahwa wanita shalihah mestinya gemar berinfak. Para shabat yang mulia, baik laki-laki maupun perempuan, selalu berinfak dan bersedekah meskipun mereka tidak memilki banyak harta. Mereka bahkan berlomba-lomba untuk membantu meringankan beban orang lain.

Selain Saudah r.a., sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas, ada dua sahabat perempuan yang amat gemar berinfak dan bersedekah, yaitu Aisyah r.a. dan Zainab bintu Jahsy. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat, Aisyah bersedekah dengan apa yang dimilkinya, walaupun ia hanya memilki sebutir kurma. Ketika ia bersedekah, ia tida pernah memikirkan dirinya, bahkan pernah ia tidak menemukan sedikitpun makanan untuk berbuka puasa.

Begitu juga Zainab binti Jahsya r.a. Dialah yang dikatakan oleh Aisyah, "Tidak ada orang yang lebih baik daripada dirnya, yang banyak bersedekah dan sering mengorbankan diri dalam bekerja agar dapat bersedekah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt."

Inilah dua teladan dari pribadi-pribadi pilihan. Keduanya menrupakan sosok teladan yang dapat merai drajat tinggi di sisi Allah.[]


Baca artikel lainnya:
Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki [Baca]
Menjaga Rahasia [Baca]
Pembela Kebenaran [Baca]
Senda Gurau Suami Istri [Baca]

Pembela Kebenaran


Dari Aisyah r.a.: Hampir setiap kali keluar rumah, Rasulullah Saw. selalu menyebut dan memuji Khadijah. Suatu hari, beliau menyebut namanya sehingga menimbulkan kecemburuanku. Aku berkata, "Wahai Rasul, bukankah Khadijah hanyalah seorang perempuan tua, dan Allah Swt. telah memberikan gantinya dengan yang lebih baik bagimu?"

Mendengar hal itu, Rasulullah Saw. marah hingga rambut di ubun-ubunya bergerak. Kemudian, beliau bersabda, "Tidak, demi Allah. Allah tidak menggantikan untukku seorangpun yang lebih baik daripada dirinya. Ia beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkariku, memercayaiku ketika orang-orang mendustaiku, membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tidak mau memberikan hartanya kepadaku, dan Allah Swt. menganugrahiku dengan anak-anaknya ketika istri-istriku yang lain tidak dapat memberikan anak kepadaku."

[Setelah mendengar penjelasan beliau] Aku pun berjanji dalam hati, bahwa aku tidak akan menyebut Khadijah lagi dengan sesuatu yang buruk. (H.R. Al Bukhari, Muslim, dan Ahmad)


Hadis ini menunjukkan bahwa istri seorang juru dakwah, sebagaimana dijelaskan oleh Amal Zakariya Al Anshari, harus memahami beberapa hal berikut.

Pertama, istri seorang juru dakwah hendaklah bersabar atas berbagai kekurangan dan keterbatasan suami yang aktif dalam kegiatan dakwah dan menghiburnya bila terlihat sedang gelisah dan sedih, dengan cara apapun yang dapat dilakukannya. Istri seorang da'i harus menjadi tempat berlindung bagi suami ketika merasa letih dan gelisah.

Kedua, Istri seorang juru dakwah hendaklah tidak mudah marah, bersikap lemah lembut, bersabar, penyayang, pemaaf, dan dermawan. Allah Swt. berfirman, berilah maaf dan berilah ampunan, bukankah kalian berharap agar Allah mengampuni dosa-dosa kalian...

Ketiga, istri seorang juru dakwah hendaklah menyadari bahwa suami memikul tanggung jawab besar, membutuhkan semangat dan kerja keras yang terus-menerus, melelahkan dan menguras banyak energi. Oleh karena itu, ia sangat membutuhkan istri yang dapat membantu meringankan bebannya, cerdas, cerdik dan memiliki wawasan yang luas. Dengan demikian, kesabaran dan keimanannya dapat mengubah keletihannya menjadi suatu kebahagiaan, dan meringankan beban pikirannya yang penat, yang ditimbulkan oleh berbagai masalah. Suami akan merasakan kenyamanan dan ketenangan setelah melihat pandangan yang penuh simpati dari istrinya dan senyuman yang tulus darinya. Tidak ada sentuhan yang lebih lembut dan menimbulkan ketenangan suami daripada sentuhan yang datang dari jiwa yang tulus seorang istri. Suami yang sudah dewasa akan merasa seperti bayi yang sedang berasa dalam pangkuan seorang istri yang mulia. Jika demikian, istri telah melakukan sesuatu yang berarti dalam kegiatan dakwah, dan ia telah menjalankan keislamannya serta memahami berbagai persoalan dengan baik.[]


Baca artikel lainnya:
Menjaga Rahasia [Baca]
Keutamaan Bersedekah Bagi Perempuan [Baca]
Senda Gurau Suami Istri [Baca]
Batasan Toleransi Terhadap Perilaku Buruk Istri [Baca]

Senda Gurau Suami Istri


Dari Atha bin Rabbah r.a.: Aku melihat Jabir bin Abdullah dan Jabir bin Umair Al Anshari sedang bercanda dengan berlempar-lemparan. Kemudian, salah seorang dari mereka berkata kepada temannya, "Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, 'Setiap orang yang melakukan sesuatu yang tidak ada zikir kepada Allah di dalamnya dinilai sebagai orang yang bermain-main dan melakukan kesia-siaan, kecuali empat orang, yaitu suami-istri yang bersenda gurau, seorang yang merawat kudanya (atau kendaraan yang digunakan untuk bejihad atu berbuat kebaikan-peny), seseorang yang berjalan diatas dua tujuan, dan seseorang yang megajari berenang (olah raga untuk kesehatan tubuh-peny.)."


Hadis ini menjelaskan keutamaan istri dan suami dalam bersenda gurau dan bercanda. Ketahuilah bahwa, senda gurau dan canda tawa yang dilakukan suami istri tidak termasuk perbuatan yang sia-sia (lahw), bahkan ia dinilai ibadah kepada Allah Swt. senda gurau juga dapat menumbuhkan rasa saling percaya suami istri serta meningkatkan rasa cinta dan kasih sayang diantara keduanya.[]

Baca artikel lainnya:
Keutamaan Bersedekah Bagi Perempuan [Baca]
Pembela Kebenaran [Baca]
Batasan Toleransi Terhadap Perilaku Buruk Istri [Baca]
Merusak Hubungan Suami -Istri [Baca]

Batasan Toleransi Terhadap Perilaku Buruk Istri


Dari Ibn Abbas r.a.: Seseorang menemui Rasulullah Saw. dan mengadu, "Aku punya istri yang sangat aku cintai. Namun, ia tidak pernah menolak dari tangan lain yang menyentuhnya." Tidak lama kemudian, ia bertanya,"Wahai Nabi, apakah aku harus menceraikannya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Tidak, bersabarlah terhadapnya dan bersenang-senagnlah dengannya."


Hadis ini memaparkan sifat perempuan yang tidak memiliki kesalehan dalam agamanya. Dr. Rahman Hafizh menjelaskan karakteristinya,

"Ia adalah perempuan yang suka bersenang-senang, bebas bepergian, meninggalkan shalat, bergaul bebas tanpa batas, senang bercumbu rayu, berpenampilan secara berlebihan sehingga mengundang perhatian orang lain, mengumbar senyuman dan pembicaraaan tiada berguna, selalu ikut campur dalam hal apa pun, baik yang berguna baginya maupun yang tidak berguna, lebih-lebih jika teman pergaulannya adalah wanita-wanita yang suka bersenang-senang, menyanyi dan berjoget."

Penjelasan Dr. Rahman tersebut semestinya mengingatkan wanita shalehah untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela. Dan, sebagai istri yang baik, membiarkan tangan orang lain menyentuh dirinya adalah sesuatu yang halal tapi di benci Allah Swt.[]

Baca artikel lainnya:
Pembela Kebenaran [Baca]
Senda Gurau Suami Istri [Baca]
Merusak Hubungan Suami -Istri [Baca]
Ketamakan [Baca]

Rabu, 01 September 2010

Merusak Hubungan Suami -Istri


Dari Mu'adz bin Jabal r.a.: Rasulullah Saw. bersabda, "Jika seorang istri menyakiti suaminya di dunia, istrinya-di surga kelak-yakni bidadari, berkata kepada istri tersebut, 'Janganlah menyakitinya, semoga Allah membinasakan dirimu. Ia adalah tamu di sisimu dan akan segera meninggalkanmu untuk datang kepadaku." (H.R. Al Tirmidzi, Ibn Majah, dan Ahmad)

Dari Tsauban r.a.: Rasulullah Saw. bersabda, "Perempuan mana pun yang meminta cerai dari suaminya tanpa alasan yang dibenarkan, haram baginya mencium wangi surga."

Dari Ibn. Abbas r.a.: Rasulullah Saw. bersabda, "Barang siapa merusak hubungan suami-istri, ia bukan dari golongan kami.Barang siapa merusak hubungan suami-istri, ia bukan dari golongan kami.

Dari Ibn Abbas r.a.: Rasulullah Saw. bersabda, "Barang siapa mendengarkan omongan orang-orang, sementara mereka membencinya, tuangkanlah timah panas kedalam kedua telinganya." (HR. Ibn Al Jauzi)



bin Dinar berkata, "Seorang laki-laki di Madinah memiliki adik perempuan. Musibah tiba-tiba datang dan merenggut nyawa adiknya. Laki-laki itu pun mempersiapkan pemakamannya. Pada saat pemakaman, seseorang yang membawa tas berisi uang ikut mengangkat jenazah yang hendak dimakamkan. Ia meletakkan tas itu dipangkuannya, dan karena lupa, tas itu terkubur bersama jenazah perempuan tersebut. Setelah pemakaman usai, orang itu pulang bersama para pengiring jenazah. Di tengah jalan, ia teringat pada tasnya yang raib. Ia pun segera mencari sampai ke kuburan. Setelah mengingat-ingat keberadaan tas tersebut, pemiliknya yakin bahwa tas itu ikut terkubur bersama jenazah. Ia pun segera meminta bantuan temannya: kakak perempuan yang meninggal itu.

Akhirnya, mereka kembali menggali kuburan itu dan menemukan tas tersebut. Kakak perempuan itu tiba-tiba ingin melihat kondisi jenazah adiknya. Ia berkata pada temannya, "Menyingkirlah, supaya aku bisa melihat jenazah adikku." Lalu ia mengangkat bagian tubuh mayat adiknya dari liang lahat. Tiba-tiba, kuburan itu seperti menyemburkan api hingga ia mengembalikan mayat ke tempatnya. Ia memanggil temanya, lalu menguruk kuburan itu lagi. Lalu, ia segera pulang dan menemui ibunya. Sang kakak bertanya, "Bunda, beritahukan kepadaku, apa yang telah dilakukan adikku selama hidupnya?"

Ibunya balik bertanya, "Mengapa engkau menanyakannya, bukankah ia sudah meninggal?"

Sang kakak bertanya lagi, "Beritahukan kepadaku , Bunda!"

Ibunya berkata, "Adikmu sering menunda-nunda shalat. Aku menduga, ketika melakukan shalat, ia pun tak pernah berwuhu terlebih dahulu. Ia juga sering mendatangi rumah tetangga ketika mereka telah tertidur, lalu mengetuk pintunya hingga menyakiti mereka."

Pembaca, itulah siksa kubur bagi orang yang sering menunda shalat dan menyakiti tetangganya. Saya perlu menekankan di sini, bahwa hadis-hadis di atas mengingatkan kita tentang perbuatan menyakiti tetangga yang bisa merusak hubungan suami istri. Ganjaran untuk tindakan ini-sebagaimana disebutkan-adalah haram mencium wangi surga dan dianggap telah keluar dari islam. Dengan demikian, perempuan saleh tidak semestinya melakukan tindakan tercela ini. Ia semestinya takut pada murka Tuhannya dan Adzab-Nya. Dan, untuk memiliki sikap demikian, ia mesti memiliki pengetahuan islam yang baik, keimanan yang kukuh, dan pergaulan dan kaum mukminah yang menjaga diri.[]

Baca artikel lainnya:
Senda Gurau Suami Istri [Baca]
Batasan Toleransi Terhadap Perilaku Buruk Istri [Baca]
Ketamakan [Baca]
Pakaian Kebohongan [Baca]

Ketamakan


Dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah Saw. bersabda, "Seorang perempuan tidak boleh menuntut cerai bagi saudaranya 9madunya) supaya cinta suami hanya tercurah kepadanya. Padaha, ia sudah mendapatkan bagiannya." (Al Bukhari, Abu Dawud, dan Al Nasa'i)


Pesan utama hadis di atasa adalah tentang bagaimana islam mengatur hubungan seorang istri dengan madunya. Seorang istri yang dimadu, sebagaimana dijelaskan hadis di atas, tidak boleh menuntut erai kepada suaminya dengan tujuan supaya suami lebih mencintai dirinya. Sebab, tuntutan ini bisa menyebabkan suami berlaku tidak adil kepada madunya. Padahal, dalam kasus suami yang berpoligami, biasanya sang istri sudah mengizinkan suami untuk menikah lagi karena alasan yang dibenarkan syariat.

Selain itu, tuntutan perceraian adalah sesuatu yang tidak baik dilakukan olaeh istri yang salihah. Sebab, meskipun hukumnya halal, perceraian atau talak adalah sesuatu yang amat dibenci Allah. Dengan demikian, tuntutan perceraian bisa mendatangkan kemurkaan Allah. Oleh karena itu, sebagai istri yang baik, jika suami telah memutuskan untuk berpoligami dengan alasan yang dibenarkan syariat, ia sebaiknya menerima cinta suami yang telah terbagi kepada istri yang lain. Ia tidak boleh berbuat curang untuk memperoleh kecintaan yang lebih besar dari suami dengan cara yang tidak patut.[]

Baca artikel lainnya:
Batasan Toleransi Terhadap Perilaku Buruk Istri [Baca]
Merusak Hubungan Suami -Istri [Baca]
Pakaian Kebohongan [Baca]
Kecemburuan Istri [Baca]

Pakaian Kebohongan



Dari Asma r.a.: Seorang perempuan berkata, "Ya Rasulullah, aku punya madu (istri lain dari suaminya). Bolehkah aku berdandan untuk suamiku dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadaku?" Rasulullah Saw. menjawab, "Orang yang berdandan dengan sesuatu yang bukan miliknya adalah seperti orang yang mengenakan dua pakaian kebohongan." (H.R. Al Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengingatkan perempuan untuk bersikap jujur dalam tindakan dan penampilannya. Perempuan salihah tidak sepantasnya berpenampilan dengan sesuatu yang bukan miliknya, misalnya dengan pakaian dan perhiasan yang dipinjam dari orang lain. Sebab, tindakan seperti itu bisa melukai hati suami yang tidak mampu memberikan sesuatu yang lebih baik daripada pemberiannya. Selain itu, penampilan tersebut juga bisa disalahtafsirkan seagai pembohongan terhadap suami, lebih-lebih jika suami adalah pecemburu.

Selain memuat pesan agar perempuan salihah menjaga diri dari dandanan yang bukan miliknya, hadis di atas juga mengingatkan bahaya kepalsuan dalam penampilan. Hal ini sering terjadi pada perempuan-perempuan yang senang menonjolkan diri dan ingin dipuji. Mereka suka berhias dan berpenampilan palsu. Mereka juga senang mengklaim dengan penuh kebanggaan bahwa semua pakaian dan perhiasan yang mendukung penampilannya adalah harta miliknya-padahal bisa jadi semuanya adalah pinjaman. Akibatnya, mereka hanya menampilkan kebohongan di mata orang banyak, lebih-lebih di mata suami. Inilah kebohongan publik yang hanya menambah keburukan diri. Inilah contoh amat buruk yang digambarkan Rasulullah Saw. sebagai "mengenakan dua pakaian kebohongan". Semoga anda, para perempuan salihah, terhindar dari tindakan yang tidak pantas ini.[]

Baca artikel lainnya:
Merusak Hubungan Suami -Istri [Baca]
Ketamakan [Baca]
Kecemburuan Istri [Baca]
Sikap Tercela Bagi Perempuan [Baca]

Kecemburuan Istri


Dari Aisyah r.a.: Aku pernah cemburu kepada perempuan-perempuan yang menyerahkan diri mereka kepada Rasulullah Saw. Aku bertanya, "Apakah perempuan boleh menyerahkan dirinya?" Ketika turun ayat: Kamu boleh menangguhkan (menggauli) siapa yang kamu kehendaki diantara mereka (istri-istrimu) dan [boleh pula] menggauli siapa yang kamu kehendaki [Q.S. Al Ahzab [33]: 51), Aku berkata, "Tuhanmu hanya mendahulukan keinginanmu." (H.R. Abu Dawud dan Al Tirmidzhi)

Dari Annas r.a.: Shafiyyah mendapat kabar bahwa Hafshah berkata kepada dirinya, "Putri Yahudi." Shafiyyah pun menangis. Ketika itu, Rasulullah Saw. menemuinya, lalu bertanya, "Apakah gerangan yang menyebabkanmu menangis?" Shafiyyah menjawab, "Hafshah mengataan bahwa aku putri yahudi." Rasulullah Saw. bersabda, "Sungguh, kamu adalah putri seorang nabi, dan sekarang kamu berada dalam lindungan seorang nabi. Dengan apalagi ia akan membanggakan diri kepadamu"" Selanjutya, beliau bersabda, "Bertakwalah kepada Allah Swt., wahai Hashah!"(H.R. Al Tirmidzhi)



Hadis di atas menunjukkan sesuatu yang bisa menyebabkan kecemburuan seorang perempuan dan sejauh mana hal itu berpengaruh terhadap perilaku perempuan pada umumnya, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan. Para ulama mengklasifikasikan kecemburuan berdasarkan jenisnya. Dalam kitab Al-Fath dijelaskan.

"Asal kecemburuan adalah sifat bawaan bagi perempuan. Namun, jika berlebihan, ia menjadi sifat terela. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadis yang diriwayatkan dari Jabir bin Atik Al-Anshari, 'Kecemburuan ada yang disukai dan ada pula yang dibenci Allah. Kecemburuan yang disukai Allah adalah kecemburuan yang disertai alasan, sedangkan kecembuaruan yang tidak disukai Allah adalah kecemburuan yang tidak disertai alasan. Pembagian ini berkenaan dengan hak laki-laki yang boleh menikahi lebih dari satu istri. Sedangkan, perempuan tidak boleh memiliki dua suami sekaligus.

Kecemburuan istri kepada suaminya atas perbuatan haram-misalnya karena suami dikhawatirkan berzina, tidak memenuhi hak sebagai suami, bersikap kasar dengan memukul istri, atau lebih mengutamakan istri yang lain dari pada dirinya-adalah kecemburuan yang bisa dibenarkan berdasarkan alasan. Namun, hal itu harus disertai indikasi-indikasi yang tampak dan didasarkan pada asumsi yang mengarah pada bukti. Jika tidak disertai indikasi dan asumsi yang mengarah pada bukti, kecemburuan itu tidak berdasar dan dibenci Allah. Adapun jika suami telah bersikap adil dan menunaikan hak masing-masing istrinya-meskipun semua istrinya belum bisa menerimanya-hal ini dimaafkan selama tidak menimbulkan perkataan dan tindakan yang diharamkan."


Walhasil, hadis-hadis di atas mengingatkan kita pada kecemburuan yang dilarang, yakni kecemburuan yang dapat menyebabkan munculnya perkataan atau tindakan yang diharamkan. Wallahu a'lam.[]

Baca artikel lainnya:
Ketamakan [Baca]
Pakaian Kebohongan [Baca]
Sikap Tercela Bagi Perempuan [Baca]
Benci Karena Allah [Baca]